Dalam sebuah hadits shohih riwayat Imam Muslim terdapat sebuah tanya jawab antara seorang sahabat bernama Abu Salamah ibnu Abdurrahman bin Aufradhiyallahu ’anhu dengan istri Nabi Ummul Mu’minin Aisyah radhiyallahu ’anha. Sahabat ini menanyakan soal bacaan doa yang biasa Nabi shollallahu ’alaih wa sallam ucapkan bila membuka sholat malam alias sholat tahajjud. Artinya beliau ingin tahu doa iftitah Nabi shollallahu ’alaih wa sallam ketika mengawali sholat malam. Maka Aisyah radhiyallahu ’anha menjelaskan dengan lengkap. Ternyata jika kita renungkan isinya maka tampak betapa banyak pelajaran dan mutiara hikmah yang bisa kita petik darinya. Adapun lengkap haditsnya adalah sebagai berikut:
Berkata Abu Salamah ibnu
Abdurrahman bin Auf: “Aku bertanya kepada Ummul Mu’minin Aisyah: Dengan doa
apakah Nabi shollallahu ’alaih wa sallam membuka sholatnya bila ia bangun malam?”
Aisyah menjawab: “Bila Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bangun malam beliau membuka sholatnya dengan:Allahumma
Rabba Jibriila wa Mikaaiila wa Iraafiila Faathiros-samawaati wal ardhi
‘aalimal-ghaibi wasy-syahaadati anta tahkumu baina ‘ibaadika fiima kaanuu fiihi
yakhtalifuuna ihdinii limakhtulifa fiihi minal-haqqi bi-idznika innaka tahdii
man tasyaa-u ilaa shiraatim-mustaqiim (“Ya
Allah, Rabb Jibril, Mikail dan Israfil. Wahai Pencipta langit dan bumi. Wahai Rabb yang mengetahui hal-hal
yang ghaib dan nyata. Engkau yang menghukumi (memutuskan) di antara hamba-hambaMu
dalam perkara yang mereka perselisihkan. Tunjukkanlah aku, dengan seizinMu,
pada kebenaran dalam perkara yang mereka perselisihkan. Sesungguhnya Engkau
menunjukkan jalan yang lurus bagi orang-orang yang Engkau kehendaki.”) (HR Muslim 1289)
Pertama, doa ini diawali dengan menyeru Allah dengan beberapa atribut
muliaNya. Mula-mula si hamba menyebut Allah sebagai Rabb dari tiga malaikat mulia yang
masing-masing mempunyai tugas-tugas tertentu yang luar biasa. Yaitu malaikat Jibril yang
merupakan panglima alias pimpinan segenap malaikat lainnya. Di samping itu
malaikat Jibril juga bertugas mengantarkan wahyu kepada para Rasul Allah.Subhaanallah…! Jadi, kita seolah diingatkan bahwa Allah
yang kita seru di tengah malam itu ialah Rabb dari malaikat yang telah
mengantarkan wahyu Kitabullah Zabur kepada Nabiyullah Daud ’alihis-salaam, Kitabullah Taurat kepada Nabiyullah
Musa ’alihis-salaam, Kitabullah Injil kepada Nabiyullah Isa ’alihis-salaam serta
Kitabullah Al-Quran Al-Karim kepada Nabi kita Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam.
اللَّهُمَّ رَبَّ جَبْرَائِيلَ
وَمِيكَائِيلَ وَإِسْرَافِيلَ
“Ya Allah, Rabb Jibril, Mikail dan Israfll…”
Kemudian kita menyeru Allah yang merupakan Rabb malaikat Mikail, yaitu malaikat yang bertugas mengantarkan rizki
setiap makhluk ciptaan Allah. Setiap manusia memperoleh rizki, maka malaikat
inilah yang bertugas mengantarkan dan memastikan ia sampai kepada manusia
tersebut. Bahkan hingga rizki segenap hewan dan tumbuh-tumbuhan…. Semua
memperoleh rizkinya berkat izin Allah semata via kurir istimewa malaikat
Mikail ini. Subhaanallah…! Jadi, melalui potongan doa ini kita
seolah diingatkan bahwa Allah yang kita jadikan tempat mengeluh di tengah malam
itu ialah Rabb Pemberi Rizki yang Maha Murah dan bahwa Allah mempunyai
malaikat yang bertugas sebagai aparat penyalur rizki yang tidak pernah
sesaatpun lalai ataupun malas menjalankan tugasnya…!
Selanjutnya kita memanggil Allah yang merupakan Rabb dari
malaikat Israfil, yaitu malaikat yang bertugas meniup sangkakala
pada saatnya sebanyak dua kali. Tiupan pertama pertanda dimulainya peristiwa
dahsyat hari Kiamat. Selanjutnya begitu Kiamat tegak maka tidak ada satupun
makhluk yang akan dibiarkan Allah masih bernyawa selain malaikat Maut pancabut
nyawa. Hingga Allah akan mencabut nyawa malaikat Maut itu dengan tanganNya
sendiri. Wallahu’a’lam. Selanjutanya
malaikat Israfil akan meniup sangkakala kedua kalinya sebagai pertanda
dihidupkan dan dibangkitakannya kembali segenap makhluk dari kuburnya.
وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَصَعِقَ مَنْ
فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ
إِلَّا
مَنْ شَاءَ اللَّهُ ثُمَّ نُفِخَ فِيهِ أُخْرَى فَإِذَا هُمْ قِيَامٌ يَنْظُرُون
”Dan ditiuplah sangkakala,
maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki
Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi, maka tiba-tiba mereka
berdiri menunggu (putusannya masing-masing).” (QS Az-Zumar ayat 68)
Jadi, melalui potongan doa ini kita diingatkan akan Allah
sebagai Yang Maha Tahu dan Maha Kuasa menetapkan bila akan terjadinya peristiwa
dahsyat hari Kiamat. Hari dimana manusia tidak akan sanggup membayangkannya.
Hari dimana Allah akan hancurkan segenap alam semesta yang diciptakan dengan
tanganNya sendiri atas Kehendaknya sendiri. Kemudian Allah izinkan malaikat
Israfil untuk meniup sangkakala sebagai pertanda diawalinya peristiwa dahsyat
tersebut. Untuk selanjutnya meniup sangkakala sekali lagi pertanda
tegaknya hari berbangkit dimana setiap manusia akan berdiri satu per satu
menunggu giliran dirinya diperiksa dan diadili oleh Allah Yang Maha Perkasa,
Maha Adil lagi Maha Bijaksana.
Kedua, selanjutnya kita menyeru Allah dalam kaitan sebagai Pencipta
langit dan bumi. Artinya, melalui potongan doa ini kita diingatkan
betapa kecil dan tidak berdayanya diri ini di hadapan Allah Yang
Maha Agung yang telah menciptakan segenap lapisan langit dan bumi beserta
segenap isinya. Subhaanallah...! Hal ini diharapkan akan menumbuhkan
rasa tunduk dan berserah diri dalam hati menghadapi Allah Dzat yang Maha Kuasa
satu-satunya fihak tempat kita menghamba, mengabdi, bergantung dan
memohon pertolongan.
فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
.” Wahai
Pencipta langit dan bumi.”
Ketiga, kemudian kita menyeru Allah
Yang Maha Tahu perkara ghaib maupun nyata dalam kehidupan ini. Artinya,
potongan doa ini menumbuhkan dalam diri bahwa fihak yang kita seru di tengah
malam adalah Rabb Yang tidak saja mengetahui segenap perkara yang tampak dan
bisa diindera, melainkan juga mengetahui segenap perkara tidak tampak bahkan di
luar jangkauan panca indera manusia. Allah ialah Dzat Yang Maha Tahu apa yang
sudah, sedang dan akan terjadi dengan segenap rincian kejadiannya. Allah ialah
Dzat Yang Maha Tahu segenap perkara baik dalam dimensi yang terjangkau oleh
fikiran manusia maupun tidak. Allah ialah Dzat Yang Maha Tahu segenap peristiwa
yang dialami makhluk kasar manusia maupun makhluk halus, baik jin maupun
malaikat. MasyaAllah…!
عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ
”Wahai Rabb yang mengetahui hal-hal yang ghaib
dan nyata.”
Keempat, kemudian kita bersaksi bahwa Allah merupakan Hakim yang
Maha Bijaksana, Maha Adil lagi Maha Baik. Allah memutuskan dengan keputusan
terbaik dalam berbagai perkara yang diperselisihkan oleh hamba-hambaNya. Dan
kita kaitkan dengan realitas dunia dimana kita saksikan dewasa ini begitu
banyak perbedaan pendapat dan perselisihan antara manusia. Baik itu dalam
urusan pribadi, perdagangan, politik, sosial, budaya, seni, pendidikan, hukum,
militer, antar negara dan lain-lain. Melalui potongan doa ini, kita diingatkan
bahwa sebaik-baiknya penyelesaian menghadapi segala perbedaan pendapat dan
perselisihan antar sesama manusia ialah dengan mengembalikannya kepada Allah,
Wahyu Allah, Kitabullah dan hukum Allah.
أَنْتَ تَحْكُمُ بَيْنَ عِبَادِكَ
فِيمَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ
”Engkau yang menghukumi (memutuskan) di antara
hamba-hambaMu dalam perkara yang mereka perselisihkan.”
Pada hakikatnya kekacauan yang timbul dewasa ini merupakan
konsekuensi logis darikesombongan manusia yang menyangka bisa menghasilkan
kebijakan yang adil bagi segenap manusia padahal mereka menyelesaikannya dengan
fikiran dan hukum bikinan manusia. Mereka enggan untuk mengembalikan segenap
urusan hidup dan perbedaan pendapat kepada Allah Yang Maha Adil lagi Maha
Bijaksana. Sampai kapan manusia akan terus berlaku sombong dengan meninggalkan
hukum berdasarkan petunjuk dan wahyu Allah Subhaanahu Wa Ta’aala? Sampai kapan manusia akhirnya
akan menyadari bahwa segenap fikiran mereka disatupadukan tidak akan pernah
bisa menghasilkan hukum yang adil-bijaksana bagi manusia lainnya? Hanya dengan
mengakui bahwa Allah-lah satu-satunya fihak Yang Maha Adil dan Maha Bijaksana
ummat manusia akan menjalani kehidupan yang penuh keadilan hakiki di dunia yang
fana ini. Wallahua’lam…!
Kelima, lalu barulah kita mengajukan permohonan dengan rendah diri dan
rendah hati di hadapan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Suci. Kita nyatakan
ketergantungan kita akan petunjukNya untuk memberikan keputusan yang benar di tengah
perselisihan pendapat yang merebak di antara umat manusia. Dan kita tegaskan
bahwa hanya Allah-lah satu-satunya fihak yang menunjuki manusia ke jalan yang
lurus. Tidak ada manuisa manapun, sebesar apapun kekuasaan dan pengaruhnya di
muka bumi ini, yang dapat mengantarkan dan menunjuki manusia lain ke jalan yang
lurus dan terjamin mengantarkan kita ke surga tempat kebahagiaan sejati dan
abadi.
اهْدِنِي لِمَا اخْتُلِفَ فِيهِ مِنْ
الْحَقِّ بِإِذْنِكَ إِنَّكَ تَهْدِي مَنْ تَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
”Tunjukkanlah aku, dengan seizinMu, pada
kebenaran dalam perkara yang mereka perselisihkan. Sesungguhnya Engkau
menunjukkan jalan yang lurus bagi orang-orang yang Engkau kehendaki.”
Lalu dengan tetap menyerahkan keputusan akhir kepada Allah, kita
nyatakan dengan jujur bahwa pada akhirnya Allah saja yang berhak menentukan
siapa di antara hamba-hambanya yang berhak mendapat petunjukNya. Namun tentunya
kita berharap kepada Allah bahwa diri kita termasuk mereka yang dipilihNya
untuk memperoleh petunjukNya di tengah kesemrawutan perselisihan di antara umat
manusia.
Oleh karenanya, sebagai bukti bahwa doa yang kita baca bukan
sekedar pemanis di bibir sekedar untuk ”menyenangkan” Allah belaka, maka dalam
realitas selanjutnya kita berusaha sekuat tenaga merujuk kepada
ketentuan-ketentuan Allah melalui kitabNya, Al-Qur’an dan tuntunan RasulNya,
hadits-hadits shohih dari Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam dalam menyelesaikan berbagai urusan
hidup di dunia. Sebab kita sangat khawatir bahwa jika segenap masalah –baik
kecil apalagi besar- tidak kita selesaikan berdasarkan apa yang Allah
telah wahyukan, maka ancaman Allah sangat kita takuti. Kita sangat khawatir
bahwa sikap meninggalkan hukumNya adalah sikap dusta dalam mengakui Allah
sebagai Hakim yang Maha Bijaksana, Maha Adil lagi Maha Baik.
وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ
اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ
”Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa
yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.” (QS
Al-Maidah ayat 44)
وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ
اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
”Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut
apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim.” (QS
Al-Maidah ayat 45)
وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ
اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
”Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut
apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik.” (QS
Al-Maidah ayat 47)
Ketiga ayat di atas merupakan ancaman bagi setiap orang
yang tidak menjalankan penyelesaian perkara dengan kembali kepada Hukum
Allah. Bayangkan, ancamannya sampai tiga macam label yang mengerikan..! Manusia
yang memutuskan perkara tidak menurut apa yang diturunkan Allah, berarti ia
dipandang Allah sebagai kafir, zalim dan fasik…! Lalu dalam ayat lainnya bahkan dengan tegas
Allah hanya menawarkan dua pilihan bagi suatu masyarakat dalam kaitan dengan
urusan hukum. Atau masyarakat itu mengembalikannya kepada hukum Allah dan bila
tidak mau, maka masyarakat itu dipandang Allah sebagai masyarakat yang
memilih hukum Jahiliyah.
أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ
يَبْغُونَ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ
”Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki,
dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang
yang yakin?” (QS Al-Maidah ayat 50)
Ya Allah, tunjukkanlah pada kami bahwa yang benar itu memang benar
adanya dan berilah kami kekuatan untuk mematuhinya. Dan tunjukkanlah kepada
kami bahwa yang batil itu memang batil dan berilah kami kekuatan untuk
meninggalkannya. Amin ya Rabb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar